Senin, 11 Agustus 2008

Kanker Mulut Rahim, Pembunuh Nomor Satu Kaum Perempuan

Kanker mulut rahim masih menjadi momok yang menakutkan bagi kaum perempuan di Indonesia. Selain belum ada obatnya, kanker jenis ini masih menjadi pembunuh nomor satu perempuan pengidap kanker tersebut.
"Kanker mulut rahim di Indonesia masih menjadi pembunuh nomor satu di antara kanker lainnya. Padahal di Amerika Serikat kasus penyakit ini sudah menurun," kata spesialis kandungan Prof dr Noor Pramono, SpOG, yang juga guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Pencegahan dini melalui pendektesian yang dilakukan secara berkala bisa mengurangi risiko. Kanker mulut rahim hingga sekarang memang belum ada obatnya dan sangat ditakuti kaum perempuan. Namun, menurut Pramono, hal ini bisa dihindari dengan menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat. Misalnya tidak melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan.
Kanker mulut rahim paling banyak ditemukan di antara penyakit kanker ginekologik. Menjadi penyebab kematian utama perempuan penderita kanker di negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada stadium awal, kanker ini cenderung sulit terdeteksi. Pada tahap prakanker atau displasia sampai stadium 1, praktis tidak ada keluhan yang dirasakan oleh penderita, namun menginjak stadium 1A-3B muncul keluhan, misalnya keluar darah sewaktu berhubungan seks. Yang lebih parah lagi, pada stadium 4B, sel kanker biasanya sudah menjalar ke otak dan paru, sehingga nyawa penderita semakin sulit untuk diselamatkan.
Pemicu kanker rahim adalah virus human papilloma, yang muncul antara lain akibat perilaku sering berganti-ganti pasangan seks, sehingga menimbulkan penyakit kelamin.
Untuk menghindari Kanker mulut rahim dianjurkan bagi setiap perempuan yang telah aktif melakukan hubungan sexual (apalagi yang melakukan hubungan sex beresiko/ berganti-ganti pasangan) untuk secara rutin (berkala) melakukan pemeriksaan kesehataan organ reproduksi (ginekologi) termasuk di dalamnya melakukan pap smear.

Namun kendalanya mengapa masih sedikt yg melakukannya adalah pertama masalah ketersediaan dana, apalagi cukup banyak saudara2 kita yg belum tercover asuransi kesehatan. Yang kedua adalah keengganan perempuan2 di Indonesia untuk memeriksakan organ intim mereka secara berkala ke dokter. Kebanyakan merasa risih, malu, atau bahkan tabu untuk memperlihatkan organ intim mereka ke orang lain sekalipun pada seorang dokter. Apalagi kebanyakan dokter kandungan (ginekolog) di Indonesia adalah pria, kalaupun ada dokter kandungan yang perempuan itu masih sedikit sekali & biasanya pasien yang antri pasti banyak sekali; ini semakin menambah ke-engganan. Hanya bila terpaksa saja atau sudah dalam kondisi parah saja baru mau memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Mungkin jika hambatan2 tersebut bisa dicarikan jalan keluarnya tidak mustahil tingkat kejadian kasus kanker mulut rahim bisa ditekan atau bahkan ditiadakan di Indonesia. Semoga!

Tidak ada komentar: